Anak-anak tidak butuh uang? Benar atau salah

Geliat kota Metropolitan begitu padat di saat jam-jam kerja. setiap orang seolah sibuk dengan berbagai aktivitas pekerjaannya masing-masing. Dari seluruh aktivitas tersebut ternyata motivasi terbesar untuk aktif bekerja adalah "keluarga" utamanya adalah demi "anak". kita semua tentu setuju bahwa kita bekerja semata-mata untuk kehidupan keluarga terutama kehidupan anak. tapi yang menjadi pertanyaan adalah ? apakah yang anak-anak butuhkan??????? setiap hari kita berupaya menghabiskan energi seoptimal mungkin semuanya demi anak. tapi disaat segala kebutuhan anak sudah terpenuhi, apakah anak-anak senang??????



untuk menjawab hal tersebut mari kita cermati beberapa penelitian dibawah ini:

"Hubungan pertama si anak adalah dengan ibu yang bisa mempengaruhi hubungan emosional di kemudian hari," ujar profesor dan psikiater Allan Schore, PhD dari UCLA, seperti dikutip dari Everyday. Penelitian mendukung teori ini, studi terbaru menunjukkan ikatan antara ibu dan anak bisa mempengaruhi otak, jantung, tubuh dan bahkan kehidupan pribadi seseorang. dari teori di atas jelas bahwa ikatan emosional yang paling kuat adalah antara ibu dan anak. hubungan antara ibu dan anak ternyata juga mempengaruhi tingkat emosional anak di kemudian hari. 

jadi jelas bahwa yang dibutuhkan anak adalah kasih sayang dan perhatian. saya jadi ingat acara si bolang. anak-anak desa dengan permainan yang begitu tradisional berupa batang bambu ataupun ranting-ranting pohon. tetapi mereka begitu riang, begitu bahagia dan memiliki karakter mandiri. setiap malam mereka tak pernah kekurangan kasih sayang walaupun dengan keadaan yang seadanya, mereka benar-benar merasakan kebahagiaan.

Sungguh jauh berbeda dengan anak yang kekurangan kasih sayang. para orang tua begitu sibuk cari nafkah untuk anak pada akhirnya toh sang anak ternyata tidak butuh itu. mereka hanya butuh kasih sayang, dan perhatian.

hal lainnya adalah tingkat emosional anak yang cenderung tinggi. setiap hari sang anak hanya marah-marah. dan ternyata lagi-lagi penyebabnya adalah kurang nya kasih sayang. pada awalnya sang anak marah-marah karena ingin di perhatikan. akhirnya lama-kelamaan jadi kebiasaan. semakin di tegur semakin jadi, akhirnya menjadi anak yang pemarah. apakah fulus bisa menjadi solusi ??? jawabannya : tidak

mari kita lihat penelitian yang lain nya
Sebuah penelitian baru yang diklaim sebagai penelitian pertama yang dilakukan oleh University of California (UCLA), Los Angels.
Tim peneliti yang dibantu oleh sekitar 756 orang yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian yang disebut Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA), mengukur 18 tanda-tanda risiko kesehatan biologis, termasuk tekanan darah tinggi, detak jantung, hormon stres, kolesterol, peradangan, dan regulasi gula darah.
Lalu para peneliti menganalisa risiko untuk penyakit biologis dengan melihat data skala laporan diri atau Risky Families Questionnaire.
Hasilnya, mereka menemukan adanya hubungan yang signifikan antara data perlakuan buruk dimasa kanak-kanak dengan risiko kesehatan yang buruk termasuk risiko penyakit kardiovaskular ketika besar diantara para peserta.

“Temuan kami menunjukan, mungkin ada cara untuk mengurangi dampak perlakukan buruk, setidaknya dari segi kesehatan fisik si anak,” kata Judith E. Carroll, PhD., seorang peneliti di Cousins Center for Psychoneuroimmunology, UCLA, sekaligus penulis utama penelitian ini.

Menurut Caroll, jika anak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari sosok orang tua, mereka mungkin lebih terlindungi dari dampak perlakukan buruk yang berisiko pada masalah kesehatan ketika besar nanti, daripada mereka yang tidak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang tua.

artinya jelas anak-anak lebih perlu dengan kasih sayang dan perhatian .
kesimpulan : 
1. tak bisa kita pungkiri kok bahwa untuk memenuhi kebutuhan, kita memang butuh itu. tapi ingat sobat....ternyata itu bukan segala nya. jangan sampai kita terlalu sibuk mencari, terlalu sibuk bekerja lantas begitu saja melupakan bahwa "yang anak-anak butuhkan adalah kasih sayang".

2. Para ahli yang menganut faham teori sistem, berpandangan bahwa yang sebenarnya, jika melihat seorang anak yang kelihatannya bermasalah, entah itu masalah penyesuaian diri, masalah belajar atau masalah lainnya, sebenarnya yang harus dicari tahu sumber penyebabnya bukanlah pada diri si anak, tapi lebih pada orang tua dan interaksi yang terjadi di dalam keluarga itu. Karena, anak bermasalah sebenarnya merupakan pertanda adanya ketidakberesan dalam hubungan keluarga itu sendiri. Jadi, masalah yang ditampilkan oleh anak merepresentasikan masalah yang terjadi di dalam kehidupan keluarganya.
 


Komentar