koruptorpun Tak ingin anaknya melanjutkan karir sebagai koruptor.


Masih perlukah sikap jujur di negeri dimana moral sudah tidak lagi bersendi? Moral sudah berserak-serak? korupsi dimana-mana, dari eksekutif hingga legislative. Dari pusat hingga ke desa. Dari pejabat tinggi hingga ke RT. Apakah tidak merugi kita bersikap jujur?

Kejujuran adalah fitrah manusia. Manusia, betapapun bejat akhlaknya, tetap mencintai kejujuran. Seorang penjahat sungguh tidah pernah menginginkan anaknya menjadi penjahat. Seorang penipu tidak tidak pernah terlintas ingin agar anaknya menjadi penipu juga. Bahkan seorang koruptor juga tidak ingin anaknya melanjutkan karir sebagai koruptor.

Mereka yang tidak jujur sebenarnya merasakan bersalah. Mereka kemudian menyalahkan keadaan, blaming the others. Seperti menyalahkan punya anak banyak, punya istri banyak, teman-temannya juga korup, keadaan yang memaksa, kalau tidak korup tidak akan langgeng menduduki jabatan karena jabatan itu manjadi transaksi korupsi.

Kenapa korupsi merajalela? Karena moral dan kejujuran sudah tidak dibudayakan, moral dan kejujuran sebagai hiasan dan formalitas saja. Nama boleh saja diawali haji, K.H, Dr, S.H apalagi gelar-gelar yang mencerminkan manusia berpendidikan dan mengerti apa itu etika-kaidah benar atau salah, tapi kalau sudah berdekatan dengan masalah uang, langsung meleleh, berubah warna dan pudar.

Manusia juga sesungguhnya menyukai cara-cara yang instan dan cepat untuk mencapai tujuannya, sehingga, demi mancapai tujuan cara apapun dapat ditempuh.apakah bertentang dengan moran dan ajaran agama atau tidak, itu tidak menjadi penting lagi. Yang penting adalah bagaimana mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Masalah orang lain menderita kerugian, itu urusan lain.

Sekilas ketidakjujuran justru awal dari sebuah kejatuhan. Tidak saja kejatuhan moral, integritas, tetapi juga kejatuha ruhani. Bahkan bisa dikatakan kebangkrutan ruhani. Kalau terus-menerus tidak jujur, lama kelamaan akan hancur.

Jalan kejujuran itu mirip dengan istilah jalan yang benar. Jalan yang benar bukan berarti lurus seperti jalan tol. Tapi, bisa jadi jalan yang benar itu bekelok-kelok. Semntara, ketidakjujuran itu lebih mirip jalan pintas yang cepat mengantarkan seseorang tapi membahayakan. Ketidakjujuran terlihat luarnya menguntungkan, tetapi sesungguhnya merugikan, karena mengorbankan sesuatu yang paling berharga sebagai manusia, conscience atau hati nurani. Orang yang tidak jujur selalu bertentangan dan bertarung dengan dirinya. Karenanya dia tidak akan pernah merasakan kepuasan dan kebahagiaan hidup.

Sekali seseorang berlaku tidak jujur, maka dia juga akan melakukan hal yang sama untuk kasus-kasus lainnya. Jadi, ketidakjujuran juga ibarat bara api yang akan membakar seluruh gulung kayu. Jadi, jangan berusaha tidak jujur meski hanya sekali.

Source : little sufi books

Komentar