Pengertian Sastra
Sastra
menurut Lexemburg (dalam Wiyatmi, 2006 : 15) adalah sebuah ciptaan, sebuah
kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi. Seorang sastrawan menciptakan dunia
baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan
menyempurnakanya dan sastra juga merupkan luapan emosi yang spontan.
Pendapat
lain dikemukakan oleh Sadikin (2012 : 6) bahwa sastra adalah kata serapan dari
bahasa sansekerta sastra yang berarti “teks yang mengandung intruksi” atau
“pedoman”, dari kata dasar sas yang berarti “intruksi” atau “ajaran”. Dalam
bahasa Indonesia kata ini dapat digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan”
atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Selain
itu dalam arti kesusastraa, sastra bisa dibagi menjadi sastra tulis dan sastra
lisan (sastra oral). Disini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan
tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengapresiasikan pengalaman
atau pikiran tertentu. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis
atau bahasa.
Berbeda
dengan pendapat Wellek dan Werren (dalam Wiyatmi, 2009 : 14) mengemukakan bahwa
definisi sastra pertama, sastra adalah
segala sesuatu yang berdasarkan beberapa pendapat para pakar di atas, dapat
disimpulkan bahwa sastra itu terbagi atas tiga jenis yaitu Prosa, Puisi, dan
Drama. Prosa adalah sastra yang berisikan tentang cerita dan tidak terkait oleh
aturan seperti puisi, sedangkan puisi adalah sastra yang berisi rangkaian
kata-kata yang mengandung makna estetis yang berbentuk sajak dan bait, serta
drama adalah sastra yang berisi cerita kisah kehidupan manusia yang
dipentaskan.
Pengertian Cerita Pendek
Cerita
pendek merupakan wahana atau sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
melukiskan apa yang dirasakan dan dipikirkan dengan menggunakan bahasa sebagai
alatnya. Alat komunikasi bahasa merupakan saluran maksud untuk melahirkan dan
menuangkan perasaan pengarang kepada orang lain.
Menurut
pandapat Koasasih (2006 : 250) cerita pendek adalah karangan pendek yang
berbentuk prosa, di dalamnya dikiasahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh
pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan dan mengandung kesan
yang tidak mudah dilupakan. Sedangkan menurut Sukino (2010 : 142) cerpen adalah
kisah yang memberikan kesan tunggal dominan tentang satu tokoh dalam satu latar
atau situasi yang dramatik.
Sejalan
dengan kedua pendapat di atas, Sumardjo (2001 : 91) mengungkapkan bahwa cerpen
adalah seni, keterampilan penyajian cerita, yang di dalamnya merupakan satu
kesatuan bentuk utuh, menunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu
uwuwuw
BalasHapus