Komunikasi sebagai Budaya Organisasi


Komunikasi sebagi budaya organisasi merupakan bagian yang penting dalam dalam seluruh sendi kehidupan, termasuk juga pada sendi organisasi. Lemahnya komunikasi berarti lemah pula organisasinya. Tak sedikit Organisasi yang lantas vakum hanya karena rendahnya komunikasi dan koordinasi. sebab itulah hendaknya Komunikasi dijadikan salah satu budaya organisasi yang memang benar-benar dijadikan sebuah falsafah dan pandangan organisasi.

komunikasi sebagai budaya organisasi

Bagi Ruang lingkup Mahasiswa khusus nya unit kegiatan Mahasiswa (UKM), budaya organisasi pada faktanya terbentuk dari Para pendiri dan para pendahulu sebelumnya, dan cenderung di ikuti bertahun-tahun hingga sekarang tanpa di kembangkan. Terkadang bagi beberapa Organisasi beberapa Budaya Organisasi menjadi Luntur dan kemudian hilang digerus waktu. Jika budaya tersebut hilang, sebut saja budaya membangun komunikasi, bisa kita bayangkan apa jadi nya sebuah organisasi tanpa komunikasi yang baik. Dan dewasa kini, tidak sedikit organisasi yang menuju ke arah sana. Sehingga tidak heran bila perlahan tapi pasti, satu demi satu organisasi menjadi vakum.

Jika 10-20 tahun yang lalu budaya membangun organisasi sedang mekar-mekarnya, bisa jadi 10-20 tahun mendatang para pelaku oraganisasi bisa jadi akan sibuk menebang organisasi.    
dari pandangan subjektif penulis, beberapa hal di bawah ini mungkin penyebab terjadinya hal tersebut:
1. Rendahnya kemampuan Berorganisasi 
hal ini akan berakibat pada para pelaku dan generasi organisasi hanya akan ikut-ikutan dari budaya-budaya yang dikembangkan sebelumnya.

2. Lunturnya beberapa budaya Oganisasi
Beberapa budaya organisasi seperti Idealisme, Komunikasi, Koordinasi dan Kebersamaan terlihat mulai luntur yang akhirnya para pelaku organisasi lebih cenderung beradu argumen ketimbang beradu action. Beberapa organisasi bahkan bisa jadi kehilangan identitas karena lunturnya budaya tersebut.

3. Lebih banyak teori ketimbang aksi
Budaya organisasi akan lebih cepat pudar jika hanya sampaikan lewat teori-teori saja. dibutuhkan aksi-aksi dan contoh-contoh nyata dari pelaku organisasi dalam membentuk budaya oraganisasi yang kuat. hal ini bisa kita lihat dari Organisasi yang ruang lingkupnya kecil atau dibawah ruang lingkup mahasiswa seperti organisasi sekolah-sekolah SMA. Para pelaku organisasi sangat sedikit memberikan teori dan lebih banyak menunjukan aksi dan contoh nyata. walaupun budaya yang berkembang terkadang dijalani tanpa disadari, tapi itu lebih baik ketimbang luntur dan hilang ditelan waktu. seperti budaya kebersamaan Dalam Organisasi Sekolah-sekolah SMA, para pelaku lebih cenderung memberikan contoh ketimbang banyak bicara soal kebersamaan. 

4. Manajemen Organisasi yang tidak terarah
Entah kenapa beberapa periode belakangan ini, Manajemen Organisasi lebih terkesan tidak terarah. akhirnya Tujuan berorganisasi jadi menyimpang dan berjalan di luar koridornya. Beberapa organisasi bahkan mengejar hal-hal yang bersifat komersial ketimbang tujuan asli dari organisasi tersebut. sebagian organisasi bahkan lebih mudah di tunggangi urusan-urusan politik ketimbang fokus pada tujuan awal.

untuk membentuk budaya organisasi beberapa referensi dibawah ini mungkin dapat dijadikan rujukan

Karakteristik budaya organisasi
Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang, secara keseluruhan, merupakan hakikat dari budaya organisasi.
  • Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
  • Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
  • Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
  • Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
  • Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu.
  • Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
  • Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.

Pengaruh Pendiri dalam budaya berorganisasi
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya.Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara.Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka.Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut.Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.

Teori Budaya organisasi menurut para ahli
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.

b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.

c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.

d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.­­­­

Menurut Nawawi (2003) yang dikutip dari Cushway B dan Lodge D, hubungan budaya dengan budaya organisasi, bahwa “budaya organisasi adalah suatu kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang dipegang teguh oleh anggota organisasi dalam menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan organisasi”. Sedangkan Nawawi (2003) yang dikutip dari Schemerhom, Hurn dan Osborn, mengatakan “budaya organisasi adalah suatu sistem penyebaran keyakinan dan nilai-nilai yang dikembangkan di dalam suatu organisasi sebagai pedoman perilaku anggotanya”.

Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

sumber : 

Komentar