Motivasi
belajar merupakan topik yang selalu hangat dalam dunia pendidikan, dari masa ke
masa berbagai perdebatan tentang pendidikan selalu saja terkait dengan hal yang
satu ini yaitu motivasi belajar. Berbagai penelitian ternyata menunjukan bahwa
prestasi belajar paling mendasar dipengaruhi oleh motivasi seseorang untuk
meraih prestasi dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Tetapi
yang menjadi permasalahan adalah motivasi belajar terkait dengan hati, motivasi
belajar terkait dengan cita-cita, dan rasanya begitu abstrak untuk di nilai.
Tak salah bila sebagian pendidik mengalami kesulitan dalam memotivasi para
siswanya dalam hal pelajaran, bahkan kejadian yang paling sering terjadi adalah
proses memotivasi lebih mirip menjadi
acara belajar biasa yang mungkin bisa dibilang terlalu konvensional dan
tidak sesuai dengan keadaan zaman sekarang.
Hal
ini bisa dilihat dari teori di bawah ini
Adapun
bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah adalah memberi angka, hadiah,
pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan
hukuman. (Djmarah dan zain, 2002 : 168).
Saat
saya mempelajari teori diatas, tersemat rasa protes yang cukup besar. Memberi
angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan,
mengetahui hasil, dan hukuman. Bukan kah hal tersebut memang bagian dari proses
belajar????apakah tidak ada lagi cara lainnya?????
Berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan saya tersebut, akhirnya saya berusaha mencari beberapa
teori yang memang merupakan dasar dari motivasi.
Drs.
M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk
melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari
luar” (Dalyono, 2005: 55).
Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang
dari luar. (Sardiman, 1996: 90).
Mengingat
saya adalah seorang guru, Berdasarkan dua teori tersebut saya mencoba fokus
terhadap motivasi yang berasal dari luar diri seseorang. Teori diatas
menjelaskan bahwa proses pemberian motivasi bisa dilakukan dari luar yaitu
dengan cara memberikan stimulasi
-stimulasi yang memang bisa membangkitkan dorongan dalam diri seseorang.
Dan
sampailah saya pada kesimpulan akhir bahwa kita bisa memotivasi siswa dengan
cara-cara yang memang sesuai dengan zamannya sehingga proses memotivasi siswa
bisa memberikan hasil yang optimal bagi pembelajaran.
- Adopsi gaya Motivator
Tentu
kita semua kenal Mario teguh, Renald kasali dan tokoh-tokoh motivator lainnya.
Apa yang mereka sampaikan meskipun tidak jauh berbeda seperti ceramah tetapi
mereka menyita perhatian ribuan orang yang ada dihadapan mereka. Saat mereka
menyampaikan hal-hal yang serius, para audiens benar-benar bisa dibawa ke
suasana serius, saat mereka menyampaikan joke-joke lucu para audiens bisa
terpingkal-pingkal tertawa lepas, dan saat audiens pulang mereka seolah membawa
oleh-oleh yang begitu bermakna dan siap untuk melakukan perubahan. Bayangkan
jika semua guru di indonesia bisa melakukan hal tersebut, juta-an siswa
indonesia bakal melakukan perubahan dan termotivasi untuk belajar lebih giat.
- Menggunakan social media
Jika
sebelumnya teknologi tidak secanggih sekarang saya rasa memotivasi siswa hanya
dengan ceramah, sah-sah saja. Tetapi jika hal tersebut masih dilakukan hingga
sekarang, rasanya keterlaluan. Facebook sudah ada, fasilitas blog sudah gratis
dan setiap hari para siswa meng-akses youtube. Artinya kita bisa menggunakan
fasilitas social media untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Dan tak bisa
dipungkiri para siswa lebih dekat dengan social media ketimbang dengan buku,
jadi tak salah jika kita juga melakukan pendekatan teknologi dalam hal
meningkatkan motivasi belajar siswa. Kita bisa meng-update status-status
(facebook) himbauan untuk giat belajar,
kita bisa menulis berbagai kisah orang sukses di blog atau share video-video
pendidikan di youtube, atau mungkin tips-tips belajar yang baik.
- Menggunakan teknologi
Jika
banyak group bisa terbentuk di BBM hanya untuk ngerumpi kenapa kita tidak
melakukannya untuk proses diskusi biologi, jika banyak komentar-komentar di
facebook hanya untuk mengomentari curhatan seseorang mengapa kita tidak
merubahnya dengan tema konseling yang bisa berdampak positif bagi psikologi
para siswa. Artinya jelas bahwa selama ini teknologi sama sekali belum
tersentuh untuk hal-hal yang terkait dengan para siswa. Kalaupun ada website
sekolah itupun sepi pengunjung dan
miskin artikel, lah wong guru nya aja gak pernah lihat website sekolah apalagi
muridnya. Bahkan tidak sedikit website sekolah yang tidak di update hingga
bertahun-tahun dan terkesan hanya pajangan saja.
Tiga
hal tersebut jika memang bisa optimal, saya rasa bisa membangkitkan motivasi
belajar siswa yang selama ini terpendam. Dan tak bisa dipungkiri, bahwa metode
ceramah dengan gaya kuno sudah tidak
layak pakai.
Komentar
Posting Komentar