Semua tentu setuju
bahwa Pendidikan karakter merupakan hal yang penting bagi kemajuan bangsa ini.
Sejak di luncurkannya kurikulum KTSP istilah pendidikan karakter begitu gencar
di beritakan di berbagai media. Pada kurikulum 2013 yang konon juga lanjutan dari
kurikulum KTSP, Pendidikan karakter dibuat lebih terlihat mencolok.
Sebenarnya jika kita
cermati istilah pendidikan karakter ini bukan lah hal baru. Hal ini dapat kita
lihat dari berbagai pengertian dibawah ini.
Pengertian
pendidikan karakter menurut para ahli
Kebiasaan yang
dilakukan secara berulang-ulang yang didahului dengan kesadaran dan pemahaman
akan menjadi karakter seseorang (Abdullah Munir, 2010).
Yahya Khan (2010),
mengemukakan bahwa karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil sebagai
proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan
tindakan.
Pendidikan karakter
adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi
pekeri, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah
laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras
dan sebagainya (Thomas Lickona, 1991 dalam Ratna Megawangi, 2007: 83).
Menurut Simon
Philips dalam Quari (2010:10), karakter adalah kumpulan tata nilai yang
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
ditampilkan.
Dari berbagai
pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu
upaya mendidik untuk membentuk karakter seseorang ke arah yang lebih baik.
Sederhana nya sih, kalo anak SD bilang "perbuatan terpuji".
Kalo kita merujuk
dengan definisi-definisi diatas, jelas bahwa yang namanya pendidikan karakter
bukanlah hal baru. Bahkan tanpa perlu dikomando, saya rasa seorang guru
dimanapun berada pasti melakukan pendidikan karakter. Bahkan jauh sebelum
indonesia merdeka, pendidikan karakter sudah diajarkan. Hal ini dapat dilihat
dari berbagai budaya dan adat-istiadat yang mengandung nilai-nilai pendidikan
karakter. Beberapa suku bahkan dengan sangat ketat mengajarkan pendidikan
karakter secara turun temurun.
Pernah dengar wacana
bahwa "korupsi itu dilakukan oleh orang pintar tetapi tidak memiliki
karakter, oleh sebab itulah pendidikan karakter dibentuk." saya pribadi
sangat tidak setuju dengan wacana tersebut. Apa pula hubungan antara korupsi
dengan pendidikan karakter???? Kita mengajarkan pendidikan karakter kepada
siswa sedangkan yang korupsi adalah para anggota dewan. Ini kan aneh.......
Kalo para anggota
dewan yang di ajarkan pendidikan karakter untuk mengurangi korupsi, nah itu
masuk akal.
Lagipula begini
sob......jika kita fokus pada pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah,
hanya beberapa persen (%) saja yang bisa dilakukan. Sementara karakter
seseorang lebih banyak dibentuk oleh bagian yang terdekat dalam diri individu,
yaitu keluarga, teman, sahabat dan lingkungannya.
Apakah mungkin bisa
terbentuk karakter terbaik hanya lewat nilai-nilai yang tertulis di atas kertas
kurikulum??? Kan tidak mungkin.
Pendidikan karakter
merupakan proses panjang bukan hanya 3 tahun semasa sekolah saja, tetapi
pendidikan berkelanjutan baik itu anak-anak, remaja, orang dewasa, rakyat
biasa, para pejabat atau bahkan orang yang sudah tua sekalipun. Dari sini jelas bahwa yang harus di bentuk
bukanlah orang nya tetapi kondisi lingkungan nya yang harus dibentuk. Sangat
pantas bila di negara Amerika seseorang sangat takut untuk korupsi karena HUKUM
disana sangatlah ketat. Di malaysia orang-orang pintar begitu dihargai sehingga
sangat layak jika mereka berlomba untuk berprestasi. Contoh lainnya adalah
kisah pak BJ. Habibie yang begitu di hormati dan dihargai oleh bangsa jerman
karena kejeniusannya. Dalam artian bahwa negara-negara maju tersebut telah
berhasil membangun kondisi yang secara otomatis dapat membentuk karakter
seseorang.
Siapa pun ingat pada masa kepemimpinan Pak Harto, terdapat beberapa
hal yang layak juga dikemukakan dalam kaitan membangun kesadaran rakyat
Indonesia seperti dicanangkannya oleh Pak Harto adanya Gerakan Disipilin
Nasional (GDN), yang bertujuan meningkatkan kesadaran berdisiplin bagi
masyarakat, Gerakan Nasional untuk Mencintai Produk Dalam Negeri, dengan tujuan
agar masyarakat lebih suka membeli produk dalam negeri sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dalam negeri dan tidak terpengaruh pada budaya luar.
Dari sini jelas yang dibentuk adalah lingkungannya, rupanya pak harto sadar
betul bahwa karakter dibentuk oleh lingkungan keluarga, lingkungan rumah dan
lingkungan sekolah yang jika digabung akan menjadi (masyarakat). Belum lagi
GNOTA (Gerakan Nasional Orang tua asuh) yang terbukti mampu berjalan hingga
sekarang meskipun program tersebut telah hilang bersama lengsernya pak harto.
Kesuksesan lainnya
bisa dilihat di era pak SBY yaitu sistem dana BOSS yang terbukti mampu
mendorong anak-anak putus sekolah untuk kembali meneruskan sekolahnya. Sama
seperti pak harto, pak SBY pun menciptakan kondisi yang mampu mendorong
seseorang untuk terus sekolah. Walaupun beberapa kepala sekolah terlibat
korupsi terhadap dana BOSS, tapi tak bisa di pungkiri program tersebut sukses
besar merubah paradigma masyarakat bahwa sekolah itu yang dibutuhkan adalah
kemauan.
Nilai-nilai
yang terkandung dalam pendidikan karakter
1.
Religius
Sikap dan perilaku
yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur
Perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.
Toleransi
Sikap dan tindakan
yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin
Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Kerja Keras
Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.
Kreatif
Berpikir dan
melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.
7.
Mandiri
Sikap dan perilaku
yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.
Demokratis
Cara berfikir,
bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain.
9.
Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.
Semangat Kebangsaan
Cara berpikir,
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.
Cinta Tanah Air
Cara berpikir,
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.
Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan
yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.
Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan
yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14.
Cinta Damai
Sikap dan tindakan
yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15.
Gemar Membaca
Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16.
Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.
Peduli Sosial
Sikap dan tindakan
yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18.
Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Komentar
Posting Komentar